Selasa, 07 Agustus 2007

eros dimanakah engkau

Hidup tanpa eros terasa sepi dan melompong, ditandai dengan rasa resah yang melelahkan dan rasa bosan yang menekan. Tekanan ini berasal dari sebuah ruang hampa di hati manusia. Itulah hati yang sunyi, sepi, dan senyap dari gempita eros; yang hampa, kosong, dan melompong dari desah nafas eros. Lalu, untuk menghindari tekanan itu, orang pada lari ke berbagai kesibukan. Tapi sebenarnya kesibukan itu cuma sebuah laku penghindaran, avoidance: a-void-dance, sebuah tarian yang hampa. Meski terlihat sibuk, sesungguhnya aktivitas non-erotik itu adalah sebuah tarian yang hampa gairah, banal tanpa estetika. Dan untuk coba memenuhi kehampaan itu orang memburu berbagai gratifikasi instan: pesta narkoba, seks suka-suka, atau kekerasan massal yang bergemuruh. Namun, lagi-lagi, sebenarnya tak ada pesta, apalagi sukacita. Sebab ternyata, usai acara, semua pemesta kembali ke dunia mereka yang nestapa.
Marc Gafni memberi metafora yang memukau. Saksikanlah seekor lebah yang terperangkap dalam botol. Dari luar, ia tampak menari-nari penuh gairah, dari sisi ke sisi, dari sudut ke sudut. Ia terbang layang meliuk-liuk dengan indahnya, dari dasar ke puncak, lalu sebaliknya. Namun dari dalam sungguh amat malang. Sebenarnya tak ada tarian gembira. Tak ada liukan bergairah. Yang ada cuma usaha sia-sia tanpa harapan. Pelan tapi pasti, lebah itu sedang menuju mati, tercekik lunglai kehabisan oksigen. Kata Gafni, begitulah gaya hidup tanpa eros yang dilakoni banyak orang, keluarga, dan organisasi: palsu, munafik, menipu, dan akhirnya kita tahu, mereka mati pelan-pelan.

Kamis, 02 Agustus 2007

interview with my self



1 ::: Why are you an artist hargo?
Failure in some parts of my life led me into something personally valuable that was internally driven instead of externally.
+2 ::: Could you tell me some more about your art?
Its always personal.
+3 ::: Do you think more about your subject matter or simply paint to express yourself?
I just try to heal myself daily.